Salah satu hal yang terkenal di Sumatera adalah kain indah yang mereka hasilkan dalam leburan warna dan pola yang tak ada habisnya, rangkaian kain tersebut dikenal sebagai Songket.
Mendengar dan menikmati pemandangan dan suara dari pasar jalanan yang ramai di mana banyak pedagang menjual sayuran, buah-buahan, tembikar dan barang-barang lokal. Di tengah pasar, para penari bermain dengan cambuk api, mereka melakukan sulap dan tarian hujan. Penenun Desa membuat kain batik yang indah dengan alat tenun ajaib mereka. Sumatera juga memiliki tarian dan nyanyian Saman dari Gayo, Aceh, Tari Pecut, dan Tari Hujan.
Mendengar dan menikmati pemandangan dan suara dari pasar jalanan yang ramai di mana banyak pedagang menjual sayuran, buah-buahan, tembikar dan barang-barang lokal. Di tengah pasar, para penari bermain dengan cambuk api, mereka melakukan sulap dan tarian hujan. Penenun Desa membuat kain batik yang indah dengan alat tenun ajaib mereka. Sumatera juga memiliki tarian dan nyanyian Saman dari Gayo, Aceh, Tari Pecut, dan Tari Hujan.
Akrobatik Bendera
Tari Akrobatin Bendera adalah penampilan lain yang menampilkan maskulinitas pria Sumatera dengan keterampilan yang mereka ciptakan dalam permainan menggunakan tiang bendera. Para pemain harus memiliki keterampilan dasar dalam akrobat.
Alat Tenun SongketSalah satu hal yang dikenal Sumatera adalah tekstil buatan tangan yang indah dalam bauran warna dan pola yang tak berujung, dikenal sebagai Songket. Pada abad ke-7, Songket adalah barang yang sangat berharga selama Sriwijaya Raya di Palembang.
Dalam bahasa Melayu, 'songket', berasal dari bahasa Sansekerta, berarti menenun. Songket adalah buatan tangan dengan perangkat tenun khusus. Songket pernah dianggap sebagai barang mewah, menunjukkan status sosial yang tinggi dan martabat, dan hanya dikenakan oleh kaum bangsawan. Pada tahap selanjutnya, anggota dari banyak kalangan masyarakat mengenakan Songket untuk mewakili rasa seni. Indonesia telah mematenkan beberapa motif songket berdasarkan daerah asal karena saat ini Songket telah dikembangkan menjadi produk nasional yang tersedia di seluruh Indonesia, seperti di Bali, Sulawesi dan Nusa Tenggara.
Dalam bahasa Melayu, 'songket', berasal dari bahasa Sansekerta, berarti menenun. Songket adalah buatan tangan dengan perangkat tenun khusus. Songket pernah dianggap sebagai barang mewah, menunjukkan status sosial yang tinggi dan martabat, dan hanya dikenakan oleh kaum bangsawan. Pada tahap selanjutnya, anggota dari banyak kalangan masyarakat mengenakan Songket untuk mewakili rasa seni. Indonesia telah mematenkan beberapa motif songket berdasarkan daerah asal karena saat ini Songket telah dikembangkan menjadi produk nasional yang tersedia di seluruh Indonesia, seperti di Bali, Sulawesi dan Nusa Tenggara.
Sumatra Solo Aereal
Solo Aerial Tissue adalah penampilan di mana penari kami melakukan akrobat udara sambil tergantung pada kain yang tergantung tanpa menggunakan tali pengaman, hanya mengandalkan pelatihan dan keterampilan untuk memastikan keselamatan.
Tari Hujan Sumatra
Tari Hujan Sumatra
Tari Hujan ditarikan oleh penduduk desa yang berdoa kepada Tuhan Yang Maha Esa untuk hujan dan untuk mandi di tanah air mereka karena kemarau panjang. Para penonton akan menyaksikan hujan nyata jatuh dan membasahi panggung.
Tari Pecut
Tari Pecut
Pecut adalah cambuk tradisional yang digunakan untuk menggembala ternak. Tarian ini melambangkan maskulinitas pria serta kekayaan fauna di Indonesia.
Tari Saman
Tari Saman
Saman merupakan tarian dan nyanyian yang berasal dari dataran tinggi Gayo, Aceh tenggara. Banyak literatur menyebutkan bahwa Syeikh Saman, seorang ulama Islam, menciptakan dan mengembangkan tarian ini. Terlepas dari fungsinya sebagai media khotbah, kinerja Saman ini juga berfungsi sebagai media untuk pendidikan untuk mengajarkan tentang cara, kepahlawanan, kebersamaan dan persatuan. lirik Saman dan puisi dinyanyikan dalam bahasa Arab dan bahasa Gayo lokal. Tarian Saman telah resmi diakui sebagai warisan budaya dunia.
OBJEK WISATA MANCA NEGARA
===============================
Tidak ada komentar:
Posting Komentar